Kamis, 18 September 2014

Disconnect to connect

Bulan September udah mau abis dan akyu belum posting sama sekali.
Kali ini tergelitik mosting gara-gara liat video (kayaknya) Thailand yanng dibagiin di Facebook.
Temanya "Disconnect to Connect". Video singkat yang menggambarkan fenomena sosial beberapa tahun belakangan. Digambarkan beberapa orang mulai dari anak, ortu, sampai remaja yang sibuk dengan dunianya sendiri. Digambarkan mereka keliatan sendirian hanya berteman ponsel, sementara beberapa benda disekitar terlihat melayang-layang macem ada setannya.

Aku tertohok, dan langsung ingin menohok suamipun.
Kami sering sekali duduk samping-sampingan, sender-senderan tapi tangan megang ponsel masing-masing. Ngawasin anak nonton atau main tapi mata ke ponsel masing-masing. Kemarin, ponselku sempat tinggal dua hari di rumah mama. Awalnya agak bete, apa kabar path?twitter?grup 80's kuuuu?. Tapiii..aku jadi banyak maen sama anak besar, berguling-guling, kusel-kusel, jadi baca buku lagi, nemenin anak nonton sambil cerita-cerita blah..blah..blah. Walau kadang ngak ngerti juga si Abang ngomong apa,hahahhahaha. Dan ketika si ponsel kembali ke pelukan, masih maen sih, tapi tetep sambil intip medsos.

Dan sekarang aku ngerasa berdosa. Sepenting itukah medsos dan kabar-kabar di luar sana dibandingkan anak sendiri, dibandingkan suami sendiri. Kabar-kabar 'tak nyata' nun jauh disana dibandingkan dengan sosok kesayangan yang hanya berjarak satu jari?*teteup, halah, hahahha..hiiih...udah stress kali kite yee.

Bener sih kalo ada yang bilang, "internet itu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat".
Einstein (katanya) juga pernah bilang  “I fear the day technology will surpass our human interaction. The world will have a generation of idiots.”. Emang bener deh ponsel cukup buat telpon sama sms aja. Ayooo, mulai dari diri sendiri, kalo udah ketemu sesama manusia, masukin ponsel ke tas aja, ngobrol pasti lebih asoy lah. Halah...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar